Kestabilan Unsur dan Konfigurasi Gas Mulia
Di alam unsur-unsur jarang sekali ditemukan dalam keadaan bebas, karena
cenderung tidak stabil dalam keadaan bebasnya. Untuk mencapai kestabilan atom
satu golongan membentuk suatu ikatan dengan atom lainnya. Meskipun atom atau
ion merupakan benda mati, ia juga berkehendak membentuk pasangan yang stabil.
Kestabilan suatu unsur ditentukan oleh susunan elektron-elektron dalam atom.
Susunan elektron yang stabil terdapat pada gas mulia (VIII A).
Menurut Kossel dan Lewis, kestabilan
unsur-unsur gas mulia tersebut terkait dengan konfigurasi elektronnya, terutama
elektron valensinya yang berjumlah delapan kecuali untuk helium sebanyak dua.
Konfigurasi elektron
unsur golongan gas mulia dikatakan stabil karena memenuhi kaidah duplet (untuk helium) dan kaidah oktet (untuk neon, argon, xenon,
kripton, dan radon). Kaidah oktet adalah kaidah yang menyatakan bahwa jumlah
elektron valensi pada kulit terluar sebanyak delapan elektron. Duplet adalah
kaidah yang menyatakan bahwa jumlah elektron valensi pada kulit terluar sebanyak
dua elektron.Unsur-unsur gas mulia jarang ditemukan bereaksi dengan unsur lain
kecuali untuk Kr, Xe, dan Rn yang dapat bereaksi walaupun diperlukan kondisi
khusus. Berikut ini konfigurasi elektron unsur-unsur gas mulia.
Tabel Konfigurasi elektron Unsur-unsur Gas mulia
Unsur
Gas Mulia
|
Nomor
Atom
|
Konfigurasi
elektron pada Kulit
|
|||||
K
|
L
|
M
|
N
|
O
|
P
|
||
Helium
|
2
|
2
|
|||||
Neon
|
10
|
2
|
8
|
||||
Argon
|
18
|
2
|
8
|
8
|
|||
Kripton
|
39
|
2
|
8
|
18
|
8
|
||
Xenon
|
54
|
2
|
8
|
18
|
18
|
8
|
|
Radon
|
86
|
2
|
8
|
18
|
32
|
18
|
8
|
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa suatu
atom yang memiliki konfigurasi elektron serupa dengan gas mulia akan stabil.
Dengan kata lain, unsur-unsur yang memiliki konfigurasi elektron tidak
mirip dengan konfigurasi elektron gas mulia tidak stabil. Berdasarkan
hal itu bahwa unsur-unsur selain gas mulia dapat mencapai stabil dengan
cara bersenyawa dengan unsur lain atau unsur yang sama agar konfigurasi
elektron dari setiap atom itu menyerupai konfigurasi elektron gas mulia.
Suatu atom dapat mencapai konfigurasi elektron gas mulia dengan cara
melepaskan elektron valensi, menangkap elektron, atau menggunakan
bersama elektron valensi membentuk pasangan elektron.
Lambang Lewis
Lewis menggambarkan suatu unsur dengan lambang atom dikelilingi
dengan titik yang menunjukkan jumlah elektron valensinya. Artinya
jumlah elektron yang digambarkan dalam strukstur lewis sama untuk setiap
golongan, karena jumlah elektron valensinya sama.
Cara penulisan
lambang Lewis adalah:
·
Tentukan elektron valensi dengan konfigurasi
elektron
·
Tuliskan lambang atom
·
Tuliskan elektron valensi berupa titik atau silang
di sekitar lambang atom
Berikut pembentukan lambang lewis beberapa unsur:
Dari tabel di atas dapat diamati bahwa setiap golongan memiliki jumlah titik yang
sama, karena jumlah titik itu menyatakan jumlah elektron valensinya.
Ikatan Ion
Lembar Kerja Peserta didik....
https://www.scribd.com/document/325944688/LKPD-1?secret_password=egewwCGjAMxt7OtRcCb1
Berikut pembentukan lambang lewis beberapa unsur:
Dari tabel di atas dapat diamati bahwa setiap golongan memiliki jumlah titik yang
sama, karena jumlah titik itu menyatakan jumlah elektron valensinya.
Ikatan Ion
Ikatan ion terbentuk antara atom yang melepaskan
elektron (logam) dengan atom yang menangkap elektron (bukan logam).
Atom yang melepaskan elektron disebut ion positif (kation). Sedangkan
atom yang menerima elektron disebut ion negatif (anion). Antara ion-ion yang berlawanan muatan ini terjadi
tarik-menarik (gaya elektrostastis) yang disebut ikatan ion (ikatan elektrovalen). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa ikatan ion adalah ikatan yang terjadi antara ion positif (kation)
dan ion negatif (anion) melalui gaya
elektrostatik.
Ikatan ion bisa digambarkan dalam bentuk struktur
Lewis. Struktur Lewis didefinisikan sebagai lambang molekul disertai elektron
valensi di sekitar atom–atomnya yang menunjukkan terjadinya serah terima atau
penggunaan bersama pasangan elektron. Contoh ikatan ion adalah NaCl, Kbr, CaO,
MgBr2 dan masih banyak contoh lainnya.
1.
Pembentukan
Ion Positif
Ion positif terbentuk
karena suatu atom melepaskan elektron. Atom yang cenderung melepaskan
elektronnya adalah atom logam. Oleh karena itu, unsur logam juga disebut unsur
elektropositif. Unsur logam golongan utama cenderung melepaskan elektron valensinya
agar memiliki konfigurasi seperti gas mulia. Jadi, unsur golongan IA cenderung
melepaskan 1 elektron, unsur golongan IIA cenderung melepaskan 2 elektron, dan
unsur golongan IIIA cenderung melepaskan 3 elektron. Perhatikan konfigurasi
beberapa unsur berikut:
Sesuai dengan teori oktet dari Lewis,
golongan IA melepas 1 elektron, yaitu elektron pada kulit terluar untuk
mendapatkan konfigurasi elektron gas mulia, sedangkan golongan IIA melepas 2
elektron.
2.
Pembentukan
Ion Negatif
Ion negatif terbentuk
karena suatu atom menangkap elektron. Atom yang cenderung menangkap elektron adalah
atom nonlogam. Oleh karena itu, unsur nonlogam juga disebut unsur
elektronegatif. Unsur nonlogam golongan utama cenderung menangkap elektron
sesuai dengan kekurangannya agar memiliki konfigurasi seperti gas mulia. Jadi,
unsur golongan VIIA cenderung menangkap 1 elektron, unsur golongan VIA
cenderung menangkap 2 elektron, dan unsur golongan VA cenderung menangkap 3
elektron. Perhatikan konfigurasi elektron berikut:
Sesuai dengan aturan oktet dari Lewis,
golongan VIA menerima 2 elektron, yaitu membentuk ion positif untuk mendapatkan
konfigurasi elektron gas mulia, sedangkan golongan VIIA menerima 1 elektron.
3.
Pembentukan
Ikatan Ion
Ikatan ion terjadi antara
ion positif dengan ion negatif karena adanya gaya tarik menarik elektrostatis.
Syarat terjadinya ikatan ion adalah salah satu atom mampu melepaskan elektron
dan atom yang lain mampu menerima elektron. Senyawa yang terjadi karena ikatan
ion disebut dengan senyawa ion.
Contoh:
Pembentukan ikatan ion pada NaCl
Ikatan antara 11Na dengan 17Cl
K L
M
11Na : 2 8
1 melepas 1
elektron, membentuk Na+ : 2 8
17Cl : 2 8
7 menerima 1
elektron, membentuk Cl– : 2 8 8
Na
--> Na+ + e–
Cl
+ e– --> Cl–
–––––––––––––––––––– +
Na
+ Cl --> Na+ + Cl–
Beberapa sifat fisis senyawa ion antara lain:
1)
Memiliki titik didih dan
titik leleh yang tinggi, ion positif dan negatif dalam kristal senyawa ion
tidak bebas bergerak karena terikat oleh gaya elektrostatik yang kuat.
Diperlukan suhu yang tinggi agar ion-ion memperoleh energi kinetik yang cukup
untuk mengatasi gaya elektrostatik.
2)
Keras tetapi rapuh, bersifat
keras karena ion-ion positif dan negatif terikat kuat ke segala arah oleh gaya
elektrostatik. Bersifat rapuh dikarenakan lapisan-lapisan dapat bergeser jika
dikenakan gaya luar, ion sejenis dapat berada satu di atas yang lainnya
sehingga timbul tolak-menolak yang sangat kuat yang menyebabkan terjadinya
pemisahan.
3)
Berupa padatan pada suhu
ruang
4)
Larut dalam pelarut air, tetapi umumnya tidak
larut dalam pelarut organik
5)
Tidak menghantarkan listrik dalam fasa padat,
tetapi menghantarkan listrik dalam fasa cair, sebab zat dikatakan dapat
menghantarkan listrik apabila terdapat ion-ion yang dapat bergerak bebas
membawa muatan listrik.
Lembar Kerja Peserta didik....
https://www.scribd.com/document/325944688/LKPD-1?secret_password=egewwCGjAMxt7OtRcCb1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar