Materi Bagian III


Ikatan Kovalen Polar dan Non Polar
1.      Ikatan Kovalen Polar 
Apakah yang terjadi jika atom H dan atom Cl berikatan? Anda tahu bahwa atom Cl lebih Ielektronegatif daripada atom H. Kelektronegatifan Cl = 3,0 dan H =2,1. Oleh karena atom Cl memiliki daya tarik terhadap pasangan elektron yang digunakan bersama lebih kuat maka pasangan elektron tersebut akan lebih dekat ke arah atom klorin. Apa akibatnya terhadap atom H maupun atom Cl dalam molekul HCl jika pasangan elektron pada ikatan itu lebih tertarik kepada atom klorin?. Gejala tersebut menimbulkan terjadinya pengkutuban muatan. Oleh karena pasangan elektron ikatan lebih dekat ke arah atom Cl maka atom Cl akan kelebihan muatan negatif. Dengan kata lain, atom Cl membentuk kutub negatif. Akibat bergesernya pasangan elektron ikatan ke arah atom Cl maka atom H akan kekurangan muatan negatif sehingga atom H akan membentuk kutub positif.
Oleh karena molekul HCl bersifat netral maka besarnya muatan negatif pada atom Cl harus sama dengan muatan positif pada atom H. Selain itu, kutub positif dan kutub negatif dalam molekul kovalen bukan pemisahan muatan total seperti pada ikatan ion, melainkan secara parsial, dilambangkan dengan δ. 
Jika dalam suatu ikatan kovalen terjadi pengkutuban muatan maka ikatan tersebut dinamakan ikatan kovalen polar. Molekul yang dibentuknya dinamakan molekul polar. Sebaran muatan elektron pada molekul polar terdapat di antara rentang ikatan kovalen murni seperti H2 dan ikatan ion seperti NaCl. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dalam molekul-molekul kovalen polar terjadi pemisahan muatan secara parsial akibat perbedaan keelektronegatifan dari atom-atom yang membentuk molekul.


2. Ikatan Kovalen non Polar

Jika dua atom nonlogam sejenis (diatomik) membentuk suatu senyawa kovalen, misalkan H2, N2, Br2, dan I2 maka ikatan kovalen yang terbentuk memiliki keelektronegatifan yang sama  tau tidak memiliki perbedaan keelektronegatifan. Ikatan kovalen tersebut dinamakan ikatan kovalen nonpolar.
Dalam pembentukan molekul I2, kedua elektron dalam ikatan kovalen digunakan secara seimbang oleh kedua inti atom iodin tersebut. Oleh karena itu, tidak akan terbentuk muatan  tidak terjadi pengutuban atau polarisasi muatan).   

Pengecualian dan Kegagalan Aturan Oktet
         Walaupun aturan oktet banyak membantu dalam meramalkan rumus kimia senyawa biner sederhana, akan tetapi aturan itu ternyata banyak dilanggar dan gagal dalam meramalkan rumus kimia senyawa dari unsur-unsur transisi dan postransisi.

1. Senyawa yang tidak mencapai aturan oktet.
Senyawa yang atom pusatnya mempunyai elektron valensi kurang dari 4 termasuk dalam kelompok ini. Hal ini menyebabkan setelah semua elektron valensinya dipasangkan tetap belum mencapai oktet. Contohnya adalah BeCl2, BCl3, dan AlBr3.


 2. Senyawa dengan jumlah elektron valensi ganjil.
Contohnya adalah NO2, yang mempunyai elektron valensi (5 + 6 + 6) = 17. Kemungkinan rumus Lewis untuk NO2 sebagai berikut.

3. Senyawa yang melampaui aturan oktet.
Ini terjadi pada unsur-unsur periode 3 atau lebih yang dapat menampung lebih dari 8 elektron pada kulit terluarnya (ingat, kulit M dapat menampung hingga 18 elektron). Beberapa contoh adalah PCl5, SF6, ClF3, IF7, dan SbCl5.
Perhatikan rumus Lewis dari PCl5, SF6, dan ClF3 berikut ini. 



IKATAN LOGAM
         Sebagian besar unsur dalam sistem periodik adalah logam. Atom logam dapat berikatan ke segala arah sehingga menjadi molekul yang besar sekali. Satu atom akan berikatan dengan beberapa atom lain di sekitarnya. Akibatnya, atom tersebut terikat kuat dan menjadikan logam ber wujud padat (kecuali Hg cair), serta pada umumnya keras.
          Logam dalam keadaan padat mempunyai bilangan koordinasi yang cukup besar. Artinya, satu atom berikatan dengan banyak atom lainnya. Jika diberi tekanan, kedudukan atom dapat bergeser. Kemudian, berikatan lagi dengan atom yang berada di sampingnya. Oleh karena itu, logam dapat
ditempa, dibengkokkan, atau dibentuk sesuai dengan keinginan. 
         Karena unsur logam mempunyai energi ionisasi yang rendah dan elektron valensi yang kecil, maka unsur logam mempunyai kecenderungan menjadi ion positif. Elektron valensi dari atom-atom logam yang berdekatan akan terdelokalisasi membentuk lautan elektron di sekitar ion- ion positif.     Selanjutnya, lautan elektron bergerak dari satu atom ke atom lainnya dan saling berikatan membentuk ikatan logam. Keadaan ini dapat digunakan untuk menjelaskan sifat logam sebagai penghantar panas dan listrik yang baik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar